Dalam rangka swasembada pangan dan peningkatan kesejahteraan ekonomi petani, baik yang bercocok tanam padi maupun palawija seperti jagung, kacang tanah, dan kedelai, selain pemilihan bibit yang baik, peran air sebagai kebutuhan tanaman sangatlah strategis. Keberhasilan swasembada beras sangat ditentukan oleh peran irigasi, baik irigasi air permukaan maupun irigasi air tanah.

Pendayagunaan Air Tanah (PAT) dapat berfungsi multiguna, baik untuk kebutuhan air baku maupun air bersih. Namun, yang utama adalah pemanfaatan air tanah untuk kebutuhan irigasi pertanian. Pada tahun 1969, pengeboran air tanah dilakukan di Kabupaten Madiun dan Kediri. Satu tahun sebelumnya, tepatnya tahun 1968, pengeboran air tanah juga telah dilakukan di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (Dr. Sunarno, MSc., mantan Dirjen SDA, red). Karena dianggap berhasil, Presiden Republik Indonesia pada era Orde Baru, Soeharto, pada tahun 1984 meresmikan sumur pompa air tanah secara nasional.

Pada tahun 2025, pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo, melalui Pejabat Pembuat Komitmen Air Tanah Air Baku (ATAB) Wilayah Kerja Jawa Timur (Madiun Raya), melaksanakan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT) sebanyak 50 titik lokasi serta 4 lokasi pengeboran sumur baru. Pemilihan penyedia dilakukan dengan mekanisme swakelola.

Menurut penjelasan PPK ATAB Wilayah Jawa Timur, Yuhanes Widi, ST., M.Eng., kepada jurnalis Panggung Modus Operandi, rehabilitasi jaringan irigasi air tanah di Madiun Raya selain memperbaiki infrastruktur bangunan, juga lebih difokuskan pada penggantian pompa berbahan bakar solar menjadi pompa berbasis listrik (PLN). Penggantian dari bahan bakar minyak (BBM) solar ke listrik PLN sangat membantu petani dalam mengurangi beban biaya operasional pompa.

Di Madiun Raya, pihak Perusahaan Listrik Negara (PLN) juga sangat mendukung ketersediaan arus listrik untuk kebutuhan pertanian. Penjelasan tambahan dari Yuhanes Widi, ST., M.Eng., PPK ATAB BBWS Bengawan Solo, menyebutkan bahwa biaya penggantian dari pompa berbahan bakar solar ke listrik PLN kurang lebih mencapai Rp50 juta untuk pemasangan sambungan listrik dengan kapasitas 33.000 VA.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here