Gresik, Panggung Modus Operandi – Banjir yang menjadi langganan akibat luapan Kali Lamong kerap berdampak di wilayah Gresik dan Surabaya. Guna mengatasi banjir tersebut, pemerintah berencana melakukan penanganan secara berkesinambungan dari tahun 2020 hingga tahun 2023.
Jumlah anggaran yang disiapkan oleh pemerintah sebesar Rp 800 miliar, proyek ini dikerjakan secara bertahap menggunakan dana dari APBN pusat melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan itu untuk kontruksi saja, bukan untuk pembebasan lahan.
Hal ini sesuai dengan Peraturan Presiden (PERPRES) No. 18 Tahun 2019, dimana pasal itu berbunyi. Peraturan Presiden (PERPRES) tentang Percepatan Pembangunan Ekonomi di Kawasan Gresik – Bangkalan – Mojokerto – Surabaya – Sidoarjo – Lamongan, Kawasan Bromo – Tengger – Semeru, serta Kawasan Selingkar Wilis dan Lintas Selatan.
Megaproyek pengendalian banjir Kali Lamong oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), dengan Satuan Pelaksana SNVT Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Bengawan Solo tengah berjalan. Proyek itu berupa pembangunan tanggul parapet dan normalisasi. Tahun 2021, pagu yang anggarannya dari APBN mencapai Rp 96 miliar.
Berdasarkan data di layanan pengadaan secara elektronik (LPSE) Kementerian PUPR, Lelang proyek tersebut sudah digelar sejak Desember 2020 lalu. Lelang diikuti 223 peserta sebagai pemenang lelang adalah PT Marinda Utama Karya Subur dari Samarinda, Kalimantan Timur dengan penawaran sebesar Rp 72 miliar tepatnya Rp 72.000.000.762,80. Untuk wilayah Gresik, tahun ini pembangunan tanggul baru menyasar lokasi di Desa Jono dan Tambakberas, Kecamatan Cerme, Kab. Gresik, Jawa Timur.
Selain pembangunan parapet dari Desa Jono ke Tambakberas, Kec. Cerme, Kab. Gresik, Jawa Timur sepanjang 1,8 kilometer. Juga akan di bangun tanggul dengan ketinggian mencapai 5 meter, pembangunan tanggul tersebut diharapkan bisa membendung luberan air Kali Lamong. Sebab, permukaan tertinggi air Kali Lamong adalah 3,5 meter. Sebelumnya, sudah ada tanggul. Tapi, hanya berupa tanah dan kerap jebol.
Pembangunan parapet dari desa Jono sampai ke Tambakberas hanya dua dari 25 desa di Kecamatan Cerme, Kab. Gresik, Jatim yang bertahun-tahun menjadi langganan banjir Kali Lamong. Setiap tahun, hampir separo dari jumlah desa di wilayah Cerme itu terdampak banjir. Di beberapa lokasi, bahkan ketinggian air sangat tinggi.
Dalam paparan tim BBWS, kepada Pemkab Gresik pada Maret 2021 lalu. Pekerjaan telah dimulai April 2021, pekerjaan dimulai dari Desa Jono sampai Tambakberas, Kecamatan Cerme sepanjang 1,8 kilometer. Adapun ruang lingkup pekerjaan dilakukan dari wilayah hilir, dengan parapet penanganan pembuatan tanggul. Baik tanggul tanah maupun tanggul parapet.
Wartawan Panggung Modus Operandi melakukan investigasi terkait proyek pembangunan parapet dari desa Jono sampai ke Tambakberas, Kecamatan Cerme, Kab. Gresik, Jatim. Dalam pengamatan Panggung Modus Operandi dilapangan, proyek pembangunan tanggul parapet belum ke desa Pandu, Kec. Cerme, Kab. Gresik, Selasa (7/9/2021).
Proyek pembangunan tanggul parapet yang akan dikerjakan mulai dari Desa Jono sampai Tambakberas, Kecamatan Cerme sepanjang 1,8 kilometer itu merupakan sambungan pekerjaan dam karet dari desa Kedanyang Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik, yang mangkrak beberapa tahun.
Dari Hulu
Setiap tahun, banjir tidak hanya datang sekali. Terkadang 4-5 kali. Begitu hujan deras terjadi di wilayah hulu Mojokerto dan Lamongan, Kali Lamong dipastikan meluap. Kendati Gresik tidak hujan sekalipun.
Saat ini, kondisi Kali Lamong sangat memprihatinkan. Selain sangat minim tanggul di sisi kanan-kirinya, kondisi badan sungai juga mengalami sedimentasi. Pendangkalan di mana-mana. Di beberapa lokasi, aliran kali juga menyempit. Berebut tempat dengan belukar. Tidak hanya itu, kondisi beberapa anak sungai dari Kali Lamong juga tidak jauh berbeda.
Untuk dapat mengendalikan banjir Kali Lamong, butuh anggaran sangat besar. Baik untuk proyek fisik berupa pembangunan tanggul beserta sarana pelengkapnya, normalisasi berupa pengerukan dan pelebaran penampang sungai, hingga pembebasan lahan.
Di antara empat kabupaten/kota yang dilalui Kali Lamong, wilayah Gresik paling luas. Yakni, mencapai 64 km dari total panjang Kali Lamong sekitar 103 km. Karena itu, selama ini Gresik menjadi daerah paling terdampak. Sementara itu, Mojokerto, Lamongan, dan Surabaya, relatif tidak seberapa terimbas.
Untuk dapat menuntaskan normalisasi dan pembangunan tanggul tersebut, butuh banyak lahan di wilayah sempadan Kali Lamong. Megaproyek Kali Lamong mesti berkejaran dengan waktu. Pemerintah pusat dan provinsi/kabupaten mesti terus menerus memberikan atensi serius. Percepatan penuntasan Kali Lamong, Bukan hanya keselamatan ribuan warga di sepanjang Kali Lamong. Melainkankan juga, ketahanan pangan masyarakat desa sekitar. Baik itu pertanian, perkebunan maupun pertambakan perikanan. PMO/Gus/Pande